Jasa pembuatan Aplikasi dan website

header ads

Surat untuk Ibu ku yang Tak Pernah Lelah Menungguku Pulang


Ibu, apa kabar desa mungil kita? Adakah yang berubah dengan tata ruang istana kecil kita? Masihkah terdengar suara krik-krik si jangkrik, gemericik aliran sungai, dan bunyi dentum kodok di sela-sela pohon perdu depan rumah? Sudah berbulan-bulan kita hanya bisa melepas kerinduan dengan mengandalkan sinyal telepon.
Masih terasa hangat kedua pipi ini saat tetes demi tetes membasah karena melihat wajahmu yang terlihat lebih renta pada satu per satu pertemuan singkat kita. Saat itu, aku baru menyadari bahwa inilah konsekuensi terberat ketika memilih memilin mimpi di kota yang berbeda denganmu.
 “Ibu, satu hal yang membuat dadaku makin hari makin sesak hidup di perantauan adalah ketika melihat wajahmu yang kian menua tanpa kehadiranku yang seharusnya menemanimu.”
 Ibu, masih jelas terngiang suara bergetarmu ketika kau melepasku pergi untuk meraih mimpi-mimpiku
dcacd
Ibu, saat aku menimba ilmu di sekolah menengah, kau selalu bercerita padaku tentang sebuah kota di mana terdapat perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Karena ceritamu itulah, diam-diam aku melukis mimpi-mimpi besar anganku untuk bisa belajar di tempat itu.
Kemudian, akhir-akhir ini aku menyadari bahwa itulah cara yang engkau tempuh untuk mengenalkanku tentang kehidupan selain rumah dan sekolah. Melalui itu, ada siratan pesan manis bahwa dunia itu bulat, luas, dan tak berbatas. Itu pulalah cara sederhanamu untuk memberikan kehidupan yang jauh lebih layak dari kehidupan yang pernah engkau jalani dulu.
Aku masih ingat persis, suaramu bergetar ketika melepasku pergi untuk meraih mimpi-mimpi di kota itu. Ku tahu, ada bilangan tangis yang sengaja kau tahan dan sembunyikan dari hadapan putri kecilmu ini. Waktu itu pun tib, kita berpisah bersama datangnya kereta yang lantas membawaku pergi untuk sementara waktu.

Aku tahu Bu, kau selalu ingin menayakan kapan aku pulang. Tapi, kau selalu menahannya dan berkilah hanya ingin tahu bagaimana kabarku

Kau selalu ingin bertanya kaan aku pulang?
Saat percakapan nirkabel kita telah aktif, kau bahagia. Setidaknya, kedengarannya suaramu seperti sepucuk bunga yang tiba-tiba mekar. Tetapi, satu pertanyaan yang selalu kutunggu tak jua kau nyatakan
“Kapan pulang, Nduk?” 

Mengenal betapa dalam cintamu, justru tiba ketika aku dewasa dan sudah tak lagi berteduh di bawah atap yang sama denganmu

Aku terlambat menyadari kasih sayangmu
Ibu, bukankah ketika kecil aku sangat menyebalkan? Bertanya ini dan itu lalu mengulangnya lagi dan lagi. Tanpa henti, aku juga terus meminta sesuatu yang membuat mulut dan pakaian belepotan. Tetapi, kau terus mendampingi dari dekat hingga kejauhan. Lalu kusimpulkan, bahwa sebagian besar kebersamaan kita diisi oleh kesabaranmu dalam menghadapiku yang selalu berulah. 

Tahukah engkau, Bu? Ibu adalah bagian dari kemahabesaran Tuhan. Aku bersyukur pernah hidup dalam rahim seorang wanita yang paling hebat

Aku bersyukur pwnah hidup di dalam rahim wanita hebat
Ibu, kau tak pernah letih untuk menunggu kepulanganku. Sungguh, melaluimu aku merasakan sebagian karunia Tuhan yang luar biasa. Kurasa, aku mulai paham bahwa keberuntungan pertama dan terbesarku ialah memiliki ibu sepertimu. Terang saja aku tersanjung, Bu. Dari miliaran rahim wanita yang ada di bumi ini, aku sungguh bersyukur Tuhan memilihmu untuk jadi rumahku selama sembilan bulan.
Sejak awal, kaulah yang terhebat, Nak! Sungguh, sampai kapanpun, kaulah anakku yang terhebat.
Tunggu aku pulang, Bu. Aku pun sudah tak tahan ingin mencium hamparan surgaku di telapak kakimu
Tunggu aku, Bu. Aku akan segera pulang
Tahukah engkau, wahai Ibu? Aku di sini pun merindukanmu. Ingin rasanya ku sewa kereta ekspres agar aku bisa pulang dan tidur di sampingmu malam ini. Ingin rasanya, kubuka selimut yang menutup sepasang kaki tuamu itu dan kucium kedua telapakmu.
Ibu, kau tak pernah lelah menanti kedatanganku di rumah. Maafkan anakmu ini jika belum bisa pulang sekarang. Percayalah, aku di sini sedang bergelut dengan realita demi masa depanku nanti. Di sini, aku sedang merajut mimpiku yang pernah kuungkapkan padamu. Tunggu aku ibuku sayang, secepatnya aku akan pulang dan tentunya dengan membawa kabar bahagia untukmu.
Cicik Tri Jayanti

Cicik Tri Jayanti


Post a Comment

0 Comments